Memahami Tone of Voice Dalam Copywriting

Memahami Tone of Voice Dalam Copywriting

Pernahkah Anda merasa tergerak oleh sebuah teks? Ketika Anda merasa
dekat, dimengerti, dan diwakilkan oleh sebuah teks maka dapat dikatakan
bahwa copywriting yang dibuat telah berhasil mencuri perhatian Anda.

Mengutip
The Balance Small Business, copywriting merupakan keahlian mengemas materi
marketing untuk produk, layanan, dan campaign lainnya dalam bentuk tulisan.
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mendorong audiens untuk melakukan
pembelian, pendaftaran, klik, ataupun berlangganan.
Menulis sebuah copy yang menarik membutuhkan keahlian dalam
memahami siapa yang kita wakilkan dan untuk siapa teks tersebut ditulis.


Sehingga audiens tidak sadar bahwa mereka sedang membaca suatu pesan
marketing; mereka merasa menyelam secara sukarela ke dalan pesan atau copy
yang telah ditulis, mereka merasa dimengerti dan diwakilkan. Perhatian mereka
terenggut oleh teks.


Memahami siapa yang kita wakilkan dan untuk siapa teks tersebut ditulis
merupakan langkah awal untuk membuat copy yang menarik. Salah satu
langkahnya adalah memahami dan membuat Tone of Voice. Tone of Voice
adalah “suara” yang mewakili kepribadian perusahaan. Tone of Voice bisa
berbeda sesuai dengan audiens, platform yang dipakai, dan tujuan.


Beberapa alasan mengapa sebuah brand membutuhkan tone of voice
diantaranya ialah pelanggan merasa lebih “terhubung” jika diajak berbicara,
membangun rasa kepercayaan dan keinginan untuk selalu terhubung, serta
dapat mendatangkan pendapatan company yang lebih besar karena adanya
konsistensi pada brand.


Lalu bagaimana caranya membuat atau menentukan Tone of Voice? Kami akan
breakdown prosesnya dalam empat tahap

1. Riset Audiens


Hal yang paling krusial dalam langkah pembuatan Tone of Voice. Kenali siapa
mereka, demografinya, psikografinya, bagaimana cara mereka berbicara satu
sama lain.

Riset demografi menentukan aspek-aspek penting yang
mendefinisikan target audiensmu dan menentukan prinsip berkomunikasi
dengan mereka, sementara riset psikografi menentukan aspek-aspek yang lebih
mendalam untuk mengerucutkan prinsip komunikasi brandmu dengan target
utama.

Sebagai contoh, riset demografi dibedakan dengan usia, pekerjaan, dan
pendidikan. Sementara riset psikografi memperhatikan faktor seperti gaya hidup,
status sosial, aktivitas, ketertarikan, pandangan atas suatu hal, dan juga
kepribadian

2. Mengenali Value Brand

Buatlah definisi nilai inti brand yang Anda miliki dengan mempertimbangkan tiga
hal berikut, “mengapa harus ada”, apa keunikan brand Anda, apa value yang
ingin dibagikan.
Menulis sebuah panduan mengenai siapa brand Anda, siapa
audiens dari brand Anda, dan bagaimana brand Anda dapat membantu audiens
Anda. Anda dapat menggunakan rumus untuk membangun nilai brand anda dan
pola komunikasinya dengan cara memahami: “Kita siapa”, “Kita mau jadi siapa”,
dan “Kita bukan siapa”

3. Memilih karakteristik tone of voice

Kenalilah dimensi suara Anda, bagaimana Anda ingin terdengar oleh audiens
Anda. Apakah Anda ingin terdengar lucu atau serius, kaku atau santai, datar
atau antusias. Buatlah list kata sifat yang merepresentasikan bagaimana brand
Anda ingin dikenal oleh audiens. Sebagai contoh, brand Anda ingin dikenal
sebagai brand yang menyenangkan, ramah, peduli, dan bersemangat. Maka
Tone of Voice dapat disentesis dari list kata sifat yang telah dibuat

4. Buatlah pedoman konten

Setelah Anda selesai membuat list kata sifat dan menentukan Tone of Voice,
buatlah pedoman konten berdasarkan kata sifat. Apa yang boleh dilakulan dan
apa yang tidak boleh dilakukan.

Pedoman konten berisikan potret target audiens
yang telah Anda riset sebelumnya, gaya bicara brand kepada audiens, dan nilai
inti brand. Dengan begitu, dapat terciptalah tone of voice yang dapat
diaplikasikan secara berkelanjutan, yang merepresentasikan brand Anda dengan
baik dan memahami audiens anda.

Penulisan copy yang tepat dan menarik adalah perjalanan sepanjang hidup, akan
ada banyak trial and error yang menyertai, terlebih lagi dengan tren media sosial
yang terus berganti secara cepat, kita dituntut untuk selalu beradaptasi. Kita
selalu menulis berpacu dengan waktu.

Source:
Copywriting: What Is It? (thebalancesmb.com)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *